Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Kewirausahaan dan Perguruan Tinggi


Membicarakan kewirausahaan selalu menjadi tema yang sangat relevan dengan kondisi perekonomian saat ini maupun di masa akan datang. Sebab kewirausahaan erat hubungannya dengan perekonomian itu sendiri. Kewirausahaan merupakan proses penumbuhan jiwa mengidentifikasi, mengembangkan dan membangun visi dalam kehidupan masyarakat. Visi dapat berupa keinginan yang diimpikan untuk diwujudkan melalui proses inovasi, menemukan kembali (reinventing), mengembangbiakkan (regenerating) ide, gagasan serta peluang agar standar kehidupan lebih baik lagi.
Proses pengembangan kewirausahaan diharapkan akan menciptakan kegiatan usaha baru atau meningkatkan nilai tambah usaha yang telah ada. Pada akhirnya kewirausahaan akan berkontribusi membuka kesempatan kerja baru dengan penyerapan tenaga kerja yang bertambah. Meskipun harus berani mengambil resiko (risk taking) dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian (uncertainty). 
Dalam hubungan dengan kondisi riil negara berkembang seperti Indonesia, wacana kewirausahaan teramat penting dalam rangka mengahadapi kelebihan tenaga kerja (surplus of labour) dan problema pengangguran. Tidak itu saja, terdapat kecenderungan masyarakat kurang memahami arti dan fungsi kewirausahaan sebagai proses penjiwaan untuk menciptakan nilai tambah bagi sumber daya ekonomi yang tersedia.  Kebanyakan negara berkembang terjebak pada pemanfataan sumber daya alam sebagai sumber pendapatan negara. Negara-negara demikian perlu optimal melakukan pengembangan sumber daya manusia khususnya pengembangan kewirausahaan. Akibatnya negara-negara tersebut mengalami kondisi stagnantyang tidak memberi kemajuan bagi masyarakatnya. Pola konsumsi masyarakat lebih memilih mengkonsumsi barang-barang impor (demonstration effect). Apabila keadaan ini berlangsung terus menerus tanpa ada upaya untuk memotongnya, maka yang tampak adalah kurangnya pengembangan pembentukanhuman capital (modal manusia) dan wirausaha-wirausaha baru. 
Terkesan negara berkembang belum maksimal melakukan program penciptaan human capital dan wirausaha baru. Padahal sudah jelas wirausaha adalah seseorang yang berani mengambil resiko dengan menciptakan peluang-peluang baru dan merealisasikan peluang-peluang itu menjadi sektor usaha produktif yang mensejahterakan masyarakat dan dirinya sendiri. Wirausaha berpotensi menciptakan kesejahteraan masyarakat (social welfare) dan merupakan faktor esensi bagi pembangunan sebuah bangsa. Apalagi negara tersebut memiliki sumber daya alam berlimpah, wilayah yang luas, infrastruktur yang memadai dan tenaga kerja yang cukup banyak. Negara hanya tinggal melakukan bagaimana menggerakkan wirausaha untuk mengkombinasikan sumber daya ekonomi yang tersedia menjadi keuntungan bagi perusahaannya yang kelak menularkan keuntungan tersebut bagi masyarakat luas. 
              Selain hal diatas, negara yang kurang mengembangkan human capital akan berpengaruh pada pembentukan skill based labou. Akibatnya menciptakan daya saing perekonomian yang lemah dan menjadi pasar bagi produk-produk asing. Negara hanya diposisikan sebagai negara yang hanya bisa menyediakan bahan baku bagi negara-negara industri pengolahan. Padahal salah satu syarat terbentuknya suatu negara induistri adalah banyaknya tenaga kerja yang menguasai teknologi dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Technology skill labour tersebut akan menjadi sempurna manakala didukung oleh wirausaha (entrepreneur) yang mampu mengolah sumber daya alam yang berlimpah dan berani melakukan inovasi-inovasi di semua bidang lapangan usaha produktif. Oleh sebab itu sangat diperlukan suatu gerakan nasional bagi pengembangan kewirausahan di semua potensi bangsa baik di tingkat puasat sampai ke daerah-daerah.   


Pengembangan kewirausahaan
Pengembangan kewirausahaan sudah menjadi tuntutan sejak lama. Pengembangan wirausaha dapat dilakukan sejak anak memasuki usia sekolah. Pendidikan kewirausahaan sudah dapat dimasukkan kedalam kurikulum sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Materi kewirausahaan dapat dikemas dalam bentuk hard skill (ceramah dan diskusi kewirausahaan). Selanjutnya materi kewirausahaan dapat berbentuk soft skill dengan mendirikan laboratorium wirausaha yang berfungsi sebagai inkubasi praktek kewirausahaan.
Sementara itu di daerah, pemerintahan daerah dapat mengatur dan menata wirausaha-wirausaha baru maupun yang lama melalui kebijakan manajemen usaha mikro dan kecil. Kebijakan berupa program pendampingan dan penempatan usaha baru di kawasan pertumbuhan baru. Selanjutnya pemerintahan daerah mensinergikan usaha baru dengan usaha yang lama dalam hubungan strategis dan saling menguntungkan, misalnya dalam pemasaran produk dan keterjaminan persediaan barang. 
Tampaknya dalam hubungan ini, pemerintahan daerah dituntut untuk memberikan insentif berupa kemudahan ijin berusaha, mengurangi retribusi manakala usaha baru dimulai serta kemudahan akses terhadap modal pengembangan usaha. Pemerintahan daerah dapat pula mengalokasi anggaran untuk menyiapkan infrastruktur baru dan merenovasi infrastruktur yang lama. Infrastruktur dimaksud berupa pasar tradisional, pasar semi moderen, sumber enerji dan air bersih.


Entrepreneurial university
Salah satu pilar selain pemerintahan daerah dalam pengembangan kewirausahaan adalah perguruan tinggi (universitas). Perguruan tinggi seharusnya sudah merespons dengan baik, sistematis, strategis dan berkomitmen tinggi melakukan pengembangan kewiraushaan. Mengingat perguruan tinggi merupakan institusi tempat bertumbuh dan berkembangnya sumber ilmu pengetahuan dan teknologi. 
Perguruan tinggi harus segera berubah dari sekedar sebagai institusi pembelajaran (transfer ilmu berupa proses belajar mengajar) menjadi perguruan tinggi yang menghasilkan penelitian untuk mengembangkan kewirausahaan (entreprenurial university). Pengelolaan perguruan tinggi perlu mendorong penelitian-penelitian yang menghasilkan teori terapan bagi pengembangan kewirausahaan. Perguruan tinggi dapat melakukan sosialisasi hasil-hasil penelitian dengan asosiasi-asosiasi pengusaha dan kamar dan industri (Kadin). Pola kemitraan strategis dapat pula dibangun perguruan tinggi dengan melakukan kerjama penghasil komponen-komponen industri strategis perusahaan-perusahaan besar. Komponen-komponen industri ataupun software dikerjakan oleh para mahasiswa yang dibimbing dosen sesuai dengan kurikulum yang telah disusun. Kerjasama ini dijalankan dengan cara bagi hasil yang dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi dosen dan mahasiswa dalam bentuk beasiswa.
         Keterlibatan perguruan tinggi untuk berkontribusi dalam pengembangan kewirausahaan akan terukur dengan jumlah wirausaha baru yang tercipta, jumlah kerjasama dengan perusahaan-perusahaan industri, jumlah masyarakat diluar perguruan tinggi yang terlibat langsung dengan pengembangan kewirausahaan, model dan teori-teori baru yang lahir dari hasil-hasil penelitian.
 

Penulis adalah Staf Pengajar Tetap Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultass Ekonomi USU

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS